Berdasarkan hasil wawancara Naniek Irawati S.Sen dengan Roesijadi pada tahun 1997 didapatkan informasi tentang asal-usul Umbul Tlatar sebagai berikut.
Cerita diawali
dengan adanya sebuah desa yang merupakan bentangan padang ilalang,
tanahnya kering kerontang, berpadas dan penuh bebatuan. Desa ini bernama
Sambi. Pemimpin desa pada waktu itu bernama Ki Ageng Wonotoro, beliau
adalah sosok figure yang sangat arif dan bijaksana penuh rasa tanggung
jawab dalam memimpin desanya disamping itu beliau juga mempunyai
kepandaian linuwih dalam hal kebatinan.
Ki Ageng Wonotoro merasa
sangat prihatin melihat keadaan desanya yang gersang kekurangan air,
untuk mendapatkan sumber / mata air Ki Ageng Wonotoro melakukan semedi
mohon petunjuk kepada Tuhan Yang maha Kuasa agar diberi sumber air.
Didalam semedinya Ki Ageng Wonotoro mendapat petunjuk ( ilham ) yang
isinya “ Untuk mendapatkan sumber air supaya pergi ke Pantaran menemui
ki Ageng Pantaran. Singkat cerita Ki Ageng Wonotoro memerintahkan
seorang cantriknya untuk menemui Ki ageng Pantaran untuk meminta sumber
air. Setelah cantrik utusan Ki ageng wonotoro sampai dipantaran dan
menyampaikan permohonan pimpinanannya kepada Ki Ageng
Pantaran maka diberikan kepada cantrik tersebut sebuah kendi berisi air
dan di kawal oleh 4 jin yang masing-masing bernama : Pule, Randu alas,
Jangkang dan Asem Gede dengan disertai pesan bahwa selama perjalanan
pulang ke Sambi jangan sekali-kali menoleh ke belakang. Akan tetapi
dalam perjalanannya sesampai di desa Tlatar terjadi angin ribut, mendung
tebal, dan halilintar yang menyambar-nyambar, suasana jadi seram dan
menakutkan , sehingga dengan tidak disadari cantrik tersebut menoleh
kebelakang karena ketakutan. Kendi yang dibawanya jatuh, bersamaan
dengan jatuhnya kendi suara gemuruh tersebut hilang. Cantrik sadar akan
tugasnya sehingga diambil kendi tersebut untuk dibawa ke desa Sambi
meskipun airnya tinggal sedikit, saat kendi tersebut diambil suara
gemuruh dan hujan lebat datang lagi, cantrik semakin ketakutan, sambil
membawa kendi yang isinya tinggal sedikit itu cantrik lari sehingga air
yang ada dalam kendi tersebut tercicir dijalan. Dan sesampainya di
perbatasan desa Sambi airnya habis. Ditempat kendi jatuh ternyata keluar
air yang meluap-luap ( umbul ) sedang air yang tercicir di jalan-jalan
keluar umbul kecil. Sesampai di Desa Sambi cantrik langsung
menghadap Ki Ageng Wonotoro dengan penuh rasa takut dan menceriterakan
semua kejadian yang dialami.
Mendengar cerita cantrik tersebut Ki Ageng Wonotoro dengan penuh kesabaran menerima semuanya, Ki Ageng Menyimpulkan bahwa permohonan untuk mendapatkan sumber air belum terkabul. Dengan kejadian tersebut Ki Ageng Wonotoro menyuruh cantrik untuk kembali ketempat dimana kendi tersebut jatuh, dengan maksud agar cantrik tersebut menjaga sumber air ( umbul ) yang muncul tersebut. Cantrik menuju ketempat kendi jatuh disitu cantrik melihat umbul yang meluap-luap, dan sekitar umbul ada 4 pohon besar yaitu pohon randu alas, pule, asem gede dan jangkang yang merupakan jilmaan dari 4 jim yang mengawal.
Mendengar cerita cantrik tersebut Ki Ageng Wonotoro dengan penuh kesabaran menerima semuanya, Ki Ageng Menyimpulkan bahwa permohonan untuk mendapatkan sumber air belum terkabul. Dengan kejadian tersebut Ki Ageng Wonotoro menyuruh cantrik untuk kembali ketempat dimana kendi tersebut jatuh, dengan maksud agar cantrik tersebut menjaga sumber air ( umbul ) yang muncul tersebut. Cantrik menuju ketempat kendi jatuh disitu cantrik melihat umbul yang meluap-luap, dan sekitar umbul ada 4 pohon besar yaitu pohon randu alas, pule, asem gede dan jangkang yang merupakan jilmaan dari 4 jim yang mengawal.
Melihat air yang
meluap-luap, cantrik berusaha menyumbat sedikit agar air dapat
dimanfaatkan untuk masyarakat sekitarnya, kemudian cantrik
mengambil batu di desa Mudal, tetapi karena batu yang diambil terlalu
besar batu itu jatuh disebelah dukuh Mudal, kemudian cantrik mencari
batu lagi dan akhirnya batu tersebut dapat menyumbat sebagian dari
umbul, sehingga airnya dapat dimanfaatkan. Setelah itu cantrik tersebut
kembali ke Sambi, Ki Ageng Wonotoro bertanya kenapa cantrik kembali
pulang padahal cantrik tersebut disuruh untuk menjaga umbul itu. Cantrik
menceriterakan kejadian di umbul, dari cerita cantrik Ki Ageng Wonotoro
tetap menyuruh cantrik agar tetap menjaga umbul tersebut dan dari
kejadian tersebut Ki Ageng Wonotoro berpesan bahwa “ Kalau jaman sudah
ramai besok “
· Tempat kendi jatuh aku namakan umbul mubal, yang sekarang ini disebut umbul Tlatar karena tempatnya di dukuh Tlatar.
· Tempat air tercecer dinamakan umbul Recah yang sekarang menyebut desa Rancah.
· Tempat suara , prahara dinamakan Udan Nuwuh
· Tempat mengambil batu untuk menyumbat dinamakan pasekan yang sekarang menjadi desa Pasekan.
· Batu yang jatuh disebelah timur dukuh Mudal dinamakan batu Si gajah.
Dengan membawa pesan dari Ki Ageng Wonotoro cantrik kembali ke umbul
dan melakukan semedi untuk mendapatkan pendamping hidup. Dalam
semedinya cantrik diganggu oleh para peri yang akhirnya salah satu peri
tersebut menjadi isteri dari cantrik.
Dari perkembangan cerita
perkawinan cantrik dengan peri dilaksanakan dengan perjanjian bahwa
perkawinan dilaksanakan asal peri tersebut dibuatkan rumah di sebelah
timur umbul yang dinamakan Sedalem dan mata airnya dinamakan Sendang Sidalem.
Semuanya adalah cerita
dahulu. Sekarang umbul Tlatar menjadi sebuah obyek wisata, pemandian
untuk keluarga yang dilengkapi dengan tempat pemancingan dan warung
lesehan yang menyajikan bebagai masakan ikan air tawar dan juga tempat
bermain bagi anak-anak. Sehingga layak disebut sebagai Ekowisata air.
Disamping itu Tlatar sangat sesuai untuk wisata keluarga, karena
letaknya yang tidak jauh dari kota Boyolali yaitu sekitar 4 km ke arah
utara.
Saat ini Umbul Tlatar
merupakan pemasok air baku utama bagi masyarakat Boyolali karena PDAM
Boyolali memanfaatkan Umbul Tlatar untuk pemenuhan kebutuhan air bagi
masyarakat Boyolali
Selain uraian akhir dari
legenda umbul Tlatar, ada satu hal yang lebih menarik untuk
dikembangkan di umbul Tlatar yaitu pemanfaatan air yang ada untuk
membangkitkan energi dengan mengembangkan Pembangkit Listrik Tenaga
Mikrohidro ( PLTMH ). Artinya bahwa umbul Tlatar menyimpan potensi untuk
pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro ( PLTMH ).
Sumber: https://totosubagyo.wordpress.com/umbul-tlatar/
0 komentar:
Posting Komentar